
Sby, MercuryFM - Keberadaan SMK yang diharapkan oleh pemerintah propinsi melalui Dinas Pendidikan Jatim, bisa kurangi pengangguran tampaknya tidak berjalan mulus.
Meski program penguatan terhadap SMK terus di lakukan ternyata masih belum ada hasilnya. Terbukti 10% lulusan SMK, masih menjadi penyumbang angka pengangguran terbuka di Jatim.
"Ini jelas keluar dari prediksi yang diharapkan dengan program penguatan SMK yang selama ini di gelorakam oleh Gubernur," ujar Suli Daim wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Kamis (16/08/2019)
Menurut Suli, Gubernur berharap lulusan SMK jatim bisa memiliki sertifikasi yang daoat diterima di perusahaan yang ada. Namun ini belum terealisasi sempurna.
"Saya berharap tahun depan ini bisa diatasi. Sehingga keinginan Gubernur Jatim, Soekarwo pada 2019 adalah 70 persen lulusan SMK, dan 30% lulusan SMA. Bisa dengan mudah diterima diperudahaan," ungkapnya.
Politisi asal PAN itu mencatat, dari 1.996 SMK di jatim, 40% kualitas lulusan SMK belum terstandar. Dan 220.958 siswa lulusan SMK, hanya 64,11 persen saja yang bisa diterima di industri.
Untuk itu, lanjutnya, guna meningkatkan standar kualitas SMK, Pemprov Jatim tahun 2018 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 300 miliar untuk pembenahan dan pembangunan inkubator-inkubator pelatihan.
“Lowongan tenaga kerja yang tersedia di Jatim mencapai 390 ribu hingga 400 ribu dan baru bisa dipenuhi 234 ribu, oleh sebab itu kita masih kekurangan tenaga terampil sekitar 100 ribu lebih,” pungkasnya. (mer)